PALU- Hari ke sebelas bulan suci Ramadhan 1445 hijriyah, atau tepatnya Sabtu (23/3/2024) sekitar pukul 10.00 WITA, suasana di dalam pasar Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantikulore Kota Palu, ramai diserbu pengunjung.
“Ayo ! Yang jauh boleh merapat, yang dekat silahkan memilih”. Teriakan bernada riang terdengar nyaring memekakan telinga.
Di dalam lapak penjualan thrift atau pakaian bekas yang cukup lapang itu, suasana terlihat sesak dipadati oleh warga. Hawa panas menyeruak memenuhi tempat tersebut.
Mentari pada pagi menjelang siang itu, sangatlah terik. Namun hal itu tidak menyurutkan langkah para pecinta thrift (cakar) untuk berburu busana impiannya.
Teriakan para pedagang busana import bersahut-sahutan bak simphoni rindu. Mengalun merdu seakan mengajak pengunjung untuk melabuhkan hatinya terhadap dagangannya.
Bukan hanya itu, lantunan nada bergenre rohani yang dilantunkan salah satu band papan atas di blantika bumi persada melalui pengeras suara, saling beradu dengan teriakan pedagang. Menambah gerahnya suasana.
Sudah menjadi hukum alam, untuk urusan “shooping” tentunya yang mendominasi hal itu adalah kaum emak-emak. Itu yang nampak dari pantauan media Kareba Sulteng.com di lapak cakar pasar Lasoani.
Ada cerita menggelitik dari tempat tersebut. Disaat para emak-emak asyik memilih dan memilah busana, kaum bapak yang menemani pasangannya nampak mulai kegerahan. Hal itu terlihat dari rona wajahnya.
Sambil menggumam, seorang pria terdengar meminta kepada pasangannya untuk menyudahi petualangan thriftnya, karena merasa kegerahan dengan suasana lapak yang penuh sesak pengunjung. Namun sang istri nampaknya bersikukuh untuk tetap melanjutkan langkahnya.
Tak sengaja, mata pria tersebut beradu pandang dengan media ini. Spontan pria jangkung itu tersenyum kecut sambil menunjuk menggunakan isyarat bibir kepada pasangannya. Tingkah lucu pria tersebut, sedikitnya mencairkan suasana panas di tempat itu.
Sementara, di bagian Utara, beberapa orang pria terlihat ngaso di atas pondasi batas lapak cakar. lelah terlihat jelas dari wajah mereka. Dua diantaranya berkutat dengan smart phonennya.
Beralih ke tengah lapak, terlihat dua remaja tanggung lagi asyik membolak-balikkan onggokan pakaian. Sesekali kedua anak tersebut bercengkrama untuk menghalau panasnya hawa yang menembus atap bangunan pasar.
Menurut keterangan, kedua remaja tersebut beralamat di wilayah Kecamatan Tatanga Kota Palu. Berbekal keterangan dari teman lainnya, mereka berinisiatif untuk berburu pakaian bekas import di pasar Lasoani.
Uzi, remaja bertubuh mungil ini mengaku baru pertama kalinya berburu pakaian cakar di tempat tersebut.
“Ini pertama kalinya saya masuk di tempat penjualan cakar. Bajunya bagus dan murah,” ungkapnya sambil menyeka peluh di wajahnya.
Hal senada juga diutarakan Fatir. Rekan sepermainannya itu juga mengaku perdana mengunjungi lapak penjualan cakar.
Dari pengakuannya, meskipun suasana di lapak itu bak berada di dalam oven, akan tetapi bisa memenuhi kebutuhan dengan budget terbatas.
Alhasil, kunjungan ke lapak cakar pasar Lasoani pada hari itu, menyisahkan cerita yang cukup menarik. Meskipun sangat menyita enegi saat menjalankan salah satu kewajiban umat muslim yang tertuang dalam rukun islam.
Lapak cakar tersebut setidaknya menjadi alternatif bagi masyarakat ditengah melambungnya harga saat bulan Ramadhan.**(FN)