PALU- Suara cemprengnya memenuhi seisi ruangan di salah satu cafe yang ada di Kota Palu.
Perawakannya sederhana. Sosok dikenal ramah tersebut berdiri kokoh dengan menggenggam erat mic saat menjadi narasumber kegiatan sosialisasi tahapan pemilihan gubernur wakil gubernur, bupati dan wakil bupati dan wali kota dan wakil wali kota serentak tahun 2024, oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi (KPU) Sulawesi Tengah, Minggu (28/7/2024).
Kehadirannya mengisi kegiatan sosialisasi, sontak mencuri perhatian dari peserta yang nota bene dipenuhi para jurnalis.
Gemuruh tepuk tangan membahana di ruang itu.
Bak primadona panggung, ia diserbu para “paparazi” yang berduyun-duyun melakukan sesi foto. Jepret ! Suara ponsel dari sejumlah wartawan terdengar lirih saat mengabadikan moment tersebut.
Sesekali Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu, Yardin Hasan melangkah ke depan sambil menjabarkan pengetahuannya di hadapan 60 orang jurnalis, terkait peran media dalam pusaran pemilihan kepala daerah serentak tahun 2024.
Menurut Yardin sapaan akrabnya, media sebagai kontrol sosial harus mampu menyajikan informasi yang aktual.
Media merupakan corong dalam menyampaikan informasi aktual dari narasumber kepada khalayak ramai
Dengan wajah penuh keyakinan, Yardin menekankan bahwa fungsi media sebagai sarana pendidikan, seyogyanya mampu mengedukasi. Sehingga bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi.
Salah satu kiat dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu, yaitu dengan memanfaatkan sosial media.
“Cara merangsang partisipasi masyarakat dalam Pemilu, dengan memanfaatkan sosial media. Sehingga masyarakat bisa terpengaruh,” cetusnya.
Glorifikasi pemberitaan terhadap salah satu kandidat peserta Pilkada juga menjadi sorotannya. Dimana diharapkan jurnalis tidak terjebak dalam permainan politik.
Kampanye dan Debat Publik
Untuk sesi ini, Ketua AJI Palu menekankan kepada Media (wartawan) harus kritis dalam menyikapi visi misi salah satu kandidat Pilkada.
Dimana jurnalis harus mampu menguji kandidat melalui visi misi. Ia berharap agar jurnalis tidak terjebak dengan narasi peserta Pilkada, kemudian menggoreskan kalimat secarah mentah tanpa adanya sikap kritis.
“Jika kita sudah dalam level itu, maka itulah sebenarnya kita sudah menjalankan tugas sebagai perpanjangan mata dan telinga publik,” urainya sambil tersenyum.
Lebih jauh, Ketua AJI Palu juga menekankan pentingnya dalam menguji informasi yang berseliweran di media sosial hingga grup-grup WhatsApp.
Dengan melakukan metode cek fakta terkait informasi yang beredar. Sehingga para jurnalis tidak tercebur dengan sebuah berita fiktif.
“Jangan tergoda untuk melansir rilis pemberitaan oleh maupun tim survey yang disewa oleh kandidat, sebelum melakukan uji informasi atau cek fakta. Hal itu untuk menjamin keakuratan berita. Sehingga masyarakat tidak terpedaya dengan berita hoax. Jika itu hanya propaganda saja dan masyarakat tertipu, tentu kita akan berdosa dan menanggung atas kekacauan dari berita yang kita tulis tersebut,” ucapnya.
Disamping itu, dalam melakukan wawancara kepada tim survey, harus berhati-hati. Apalagi terkait survey elektabilitas calon peserta Pilkada.
Karena menurut Yardin, polemik survey sudah menjadi alat politik propaganda dalam dinamika pemilihan kepala daerah.
“Kedepannya, AJI Palu akan merilis “Etika Liputan Pemilu”. Dimana jurnalis akan dibimbing bagaimana kiat dalam melakukan liputan politik. Sehingga wartawan mengetahui rambu-rambu yang harus ditaati dalam peliputan,” ungkapnya dengan senyum sumringah.
Dengan adanya materi yang dipaparkan oleh salah seorang narasumber kegiatan sosialisasi, diharapkan para pewarta mengetahui apa dan bagaimana dinamika peliputan terkait pemilihan kepala daerah, serta menjaga Marwah kode etik jurnalistik.
Sehingga diharapkan para “kuli tinta” tidak terjebak dalam pusaran Pilkada. Dan pada akhirnya bisa menampilkan berita aktual dan berimbang.**(FN)