Oleh: Firmansyah
PALU- Jelang pendaftaran calon peserta pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah yang akan dibuka pada tanggal 27 Agustus 2024 kian memanas.
Pasalnya, baru-baru ini beredar sepenggal vidio berdurasi 28 detik di grup WhatsApp maupun media sosial, dimana salah seorang kandidat peserta Pilgub Sulteng, dengan nada tinggi melontarkan tudingan panas berbau kontroversi.
Ialah Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura. Politisi gaek Sulteng yang akrab disapa Cudy tersebut, menuding bahwa ada oknum yang berusaha menjegalnya mendapatkan perahu politik untuk bertarung di Pilgub 2024.
“Ada Konglomerat Kapitalis yang potong-potong untuk tidak boleh saya maju. Ini demokrasi tidak?,” ucap Cudy dengan suara lantang.
Bahkan diakhir wawancara cegat (door stop), Cudy dengan intonasi suara tinggi berucap akan memberikan dukungannya kepada salah satu pasangan kandidat Pilgub Sulteng jika dirinya tidak bisa maju dalam Pilkada serentak tahun ini.
Kecaman tersebut cukup memantik perhatian dari sejumlah insan pers Tanah Kaili. Beberapa diantaranya menuangkan goresan tinta dalam pemberitaan di media masing-masing. Dengan judul maupun angel berita dibuat semenarik mungkin.
Tudingan panas Cudy yang ditujukan kepada lawan politiknya tersebut mewakili kegalauan warga lembah?
Atau hanya kekesalannya karena ada oknum yang dengan sengaja menjegalnya, sehingga tidak mendapatkan dukungan partai politik guna memenuhi persyaratan jumlah minimal 11 kursi untuk maju kembali dalam kontestasi Pilgub Sulteng?
Sementara itu, di grup WhatsApp hingga media sosial, berseliweran aksi cibir-mencibir antar pendukung kandidat peserta Pilgub Sulteng. Seolah-olah calonnya lah yang akan berjaya.
Maka benarlah plesetan bernada jenaka. Dimana dalam kalimatnya mengungkapkan bahwa ada beberapa tipe manusia yang tidak bisa dinasehati. Diantaranya orang lagi kasmaran, dan tim sukses.
Hembusan bernada provokatif dari tim sukses maupun masyarakat pendukung kandidat Pilkada, tentunya tidak terpisahkan dan sudah menjadi bagian dari alur pesta demokrasi.
Gurita Politik Pilgub Sulteng 2024 dan Fenomena “Borong Partai”
Menelisik tudingan Cudy bahwa ada oknum yang berusaha menjegalnya untuk kembali mengikuti perhelatan Pilgub Sulteng, tentunya menimbulkan spekulasi bagi publik.
Kecaman itu seolah mengisyaratkan bahwa ada Gurita Politik yang menjulurkan tentakelnya untuk meraup sebanyak mungkin partai politik dengan kekuatan finansial. Sehingga rival politiknya gigit jari tidak mendapatkan perahu partai.
Dikutip dari media Tanjungpinangpos, Akademisi Kepulauan Riau, Joni Ahmad menyatakan bahwa fenomena “Borong Partai” bisa mencederai demokrasi.
“Ini akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi. Berdasarkan penilaian dari sistem demokrasi serta semangat reformasi pun tentulah merupakan cara berdemokrasi yang tidak sehat dan tidak bermartabat,” ujar Joni, Jumat (12/7/2024).
Dari uraian di atas, aksi “Borong Partai” oleh kandidat peserta Pemilu tentunya mencedari demokrasi di Bumi Persada.
Memang tidak ada aturan yang mengikat aksi “Borong Partai” melanggar hukum maupun undang-undang kepemiluan. Fenomena tersebut juga merupakan taktik dalam percaturan dunia politik.
Namun praktek kapitalis dengan mengandalkan finansial mumpuni tersebut, akan menimbulkan preseden buruk dalam bingkai demokrasi dan asumsi negatif masyarakat.
Aksi tersebut menyiratkan bahwa politik itu kejam ! Dengan menghalalkan segala cara untuk memenangkannya.
Praktek tidak bermartabat itu tidak pantas dianut oleh publik figur yang nota bene kaum intelektual dan terhormat.
Siapapun sosok dibalik ucapan petahana, kita semua berharap agar pemilihan tampuk kepemimpinan di Provinsi Sulawesi Tengah berjalan dengan aman dan damai.
Selain itu, diharapkan partisipasi masyarakat semakin meningkat dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah. Meskipun calon jagoannya tidak ikut dalam bursa pencalonan kepala daerah Provinsi Sulawesi Tengah.
Semoga kedepannya praktek “Borong Partai” tidak terjadi lagi di Negeri Seribu Megalith. Sehingga roda demokrasi berjalan elok, tanpa adanya aksi kurang sportif dari peserta Pilkada.
Any way, siapapun sosok yang terpilih dalam Pilkada serentak yang akan digelar pada tanggal 27 November tahun 2024, dan akan memimpin roda pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah kedepannya, bisa membangun dan mensejahterakan masyarakat.**