PALU- Taman Baca Masyarakat (TBM) Buluri dan Komunitas Hutan Terakhir (Kathari) berkolaborasi untuk meluncurkan gerakan literasi yang bertujuan untuk melawan dampak negatif pertambangan.
Gerakan ini diwujudkan dengan membuka donasi buku bekas, buku baru, dan buletin lembaga yang berkaitan dengan lingkungan hidup, pertambangan, dan isu-isu sosial lainnya.
Menurut Mayong Pratama, Ketua TBM Buluri, di era digital ini, buku sering diabaikan dan dianggap kuno.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menumbuhkan minat baca di masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang terkena dampak pertambangan.
“Namun, kami tidak putus asa. Kami ingin menghadirkan buku kembali ke tengah masyarakat, terutama di lingkup pertambangan,” ungkapnya.
Melalui gerakan literasi ini, TBM Buluri dan Kathari berencana untuk membuka perpustakaan warga.
Mereka berharap dengan menyediakan akses yang mudah ke buku-buku yang relevan, masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka tentang hak-hak mereka sebagai warga yang tinggal di sekitar area pertambangan.
Arman, Dinamisator Kathari, menambahkan bahwa “membaca adalah melawan”. Dia menjelaskan bahwa dengan membaca, masyarakat dapat melawan ketidaktahuan tentang apa yang terjadi di sekitar mereka.
“Buku-buku ini akan memberikan referensi tentang hak-hak kita sebagai warga lingkar tambang,” ungkap Arman. “Kita berhak atas udara yang bersih, air yang sehat, dan kelestarian lingkungan.”
Gerakan literasi ini diharapkan dapat memperkuat perspektif hukum warga dan mendorong mereka untuk memperjuangkan hak-hak mereka.**(Sumber: TBM Buluri dan Kathari)