PALU- Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Wilayah Sulawesi Tengah, menggelar Seminar Perpustakaan yang dipusatkan di Aula Gedung Perpustakaan Untad Palu, Kamis (25/7/2024), dengan menghadirkan pustakawan dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Palu.
Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Untad, Dr Eng Ir Andi Rusdin tersebut, menghadirkan dua Narasumber yakni pakar Kebijakan dan Administrasi Publik, Prof. Slamet Riyadi dan Pakar Komunikasi, Dr. Achmad Herman.
Wakil Rektor Untad, Andi Rusdin, mengatakan, bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah penting, maka itulah, diperlukan adanya koleksi pustaka dengan baik, tentu yang bernilai seperti jurnal yang terindeks seperti terindeks Scopus.
“Kami berharap dengan pertemuan ini, ada peningkatan, khususnya kerjasama dengan semua perguruan tinggi, terutama untuk saling membantu koleksi-koleksi buku guna mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” jelasnya.
Sementara Ketua FPPTI Wilayah Sulawesi Tengah, Dr (can). H. Saharudidn Lurang berharap kegiatan seminar perpustakaan tersebut, memberi makna positif bagi perkembangan Literasi di Sulteng.
“Kami berharap setelah seminar ini, para peserta dapat berfungsi sebagai ATM yaitu ambil, teliti, dan modifikasi, apa yang telah dipaparkan oleh pemateri. Setelah itu, berlakukan Kokodifo yaitu komitmen, konsisten, disiplin dan fokus dalam meningkatkan pelayanan perpustakaan,” tandasnya.
Menurut Saharuddin Lurang, paradigma perkembangan pengelolaan perpustakaan, sejak abad 18 adalah Management of collection artinya perpustakaan berlomba-lomba untuk mengembangkan koleksi perpustakaan, selanjutnya pada abad 19 dikenal dengan Management of Knowledge di dalam perpustakaan merupakan metode pengelolaan pengetahuan yang terdiri dari multi informasi yang menuntut perubahan dari manajemen konvensional menuju manajemen modern.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 dikenal dengan transfer of knowledge merupakan Paradigma baru perpustakaan. “Saat ini tidak lagi berfokus pada mengelola koleksi maupun mengelola pengetahuan, melainkan juga proses transfer ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Oleh sebab itu, lanjut Saharuddin, pustakawan mesti lebih banyak melakukan pendampingan dalam aktivitas mahasiswa. Misalnya membimbing mahasiswa bagaimana mengutip karya ilmiah, sehingga tidak terjebak dalam plagiarism, membimbing dalam penulisan daftar Pustaka, pemanfaatan Zotero, Mendeley, penelusuran literatur, dan lainnya.
“FPPTI Sulawesi Tengah hadir sebagai wadah organisasi dalam profesi pustakawan untuk membina Sumber daya Manusiaa Pustakawan dan perpustakaan, baik dalam bentuk seminar, sosialisasi dan pendampingan akreditasi perpustakaan maupun sertifikasi pustakawan,” jelasnya.
Saharuddin juga mengungkapkan, FPPTI Sulteng telah mendampingi akreditasi dua perpustakaan Perguruan Tinggi di Palu yang memperoleh akreditasi Unggul yaitu UPA Perpustakaan Untad dan Perpustakaan UIN Dato Karama.
“Pengalaman kami dalam pendampingan akreditasi perpustakaan yang paling banyak bermasalah adalah pelayanan. Instrumen pelayanan paling tinggi bobotnya yaitu 25 dibanding 8 instrumen lainnya,” jelasnya.
Maka itulah, terang Saharuddin, FPPTI Sulawesi Tengah mengangkat tema dan materi pada seminar perpustakaan tersebut yaitu pelayanan perpustakaan dalam perspektif administrasi publik dan pemanfaatan Medsos dalam meningkatkan layanan perpustakaan.
Seminar Perpustakaan itu, lanjut Saharuddin, juga dirangkaikan dengan training aplication ebook library yang diselenggarakan oleh UPA Perpustakaan Untad.
Training application ebook library sangatlan penting, karena secanggih apapun aplikasi yang dipakai, jika tidak paham cara menggunakannya atau salah digunakan, maka beresiko merugikan negara dengan menghabiskan begitu banyak anggaran tetapi tidak bermanfaat bagi masyarakat.
“Sama halnya kalau kita menggunakan aplikasi mobile banking, jika kita keliru dalam menggunakannya, maka resikonya adalah, saldo kita bisa terkuras,” tutupnya.(*)