PALU- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Palu, menggelar kegiatan Focus Grup Discussion yang digelar di Hotel Santika Palu, Sabtu (20/4/2024).
Kegiatan yang dihadiri Ketua KPU Palu, Idrus, Sekertaris KPU Palu, Aslam Adigama, beberapa Komisioner KPU Palu, diantaranya Moh Musbah, Haris Lawisi, akademisi, komunitas sejarah budaya, tokoh adat Tanah Kaili, sejumlah wartawan tersebut, membahas terkait desain maskot dan jingle Pilkada tahun 2024.
Dalam sesi presentasi, pencipta karya maskot Pilkada tahun 2024, Muhamad menjelaskan bahwa desain maskot, merupakan sebuah ilustrasi karakter pemuda dan pemudi suku Kaili. Dimana dalam panggilannya dikenal dengan nama Yodjo dan Dei.
Maskot tersebut, menggambarkan dua sosok anak muda suku Kaili yang mengenakan pakaian adat tradisional.
“Yodjo dan Dei merupakan sebutan atau panggilan kesayangan untuk anak laki-laki dan perempuan dari suku Kaili Ledo. Panggilan ini menunjukan rasa kasih sayang dan penghargaan orang tua untuk anak-anaknya,” terang Muhamad.
Menurutnya, pemuda yang mewakili Yodjo, digambarkan sebagai sosok yang jujur, tangguh dan bersemangat. Dengan postur tubuh yang tegap dan ekspresi wajah penuh semangat, mengenakan pakaian adat Kaili, dengan khas hiasan dan aksesori tradisional.
Pemuda Yodjo digambarkan menggunakan ikat kepala tradisional khas suku Kaili. Ia mengenakan busana berwarna hitam yang merupakan pakaian adat, dan selempang sarung. Di tangan kanannya memegang paku menunjukan kekuatan dan ketangguhan.
Di jari kelingking tangan kirinya, terdapat tanda tinta yang melambangkan partisipasinya dalam proses pemilihan. Ekseperi wajahnya penuh semangat dan percaya diri. Menunjukan keterlibatan dan komitmen dalam proses demokrasi.
Sementara pemudi (Dei), digambarkan dengan keanggunan dan kelembutan. Dengan menggunakan busana adat yang indah. Dengan detail khas suku Kaili yang memperkuat identitas budaya.
Pemudi ini digambarkan menggunakan Sampolu atau sejenis kerudung berwarna merah dengan les kuning.
Dei menggunakan busana dan sarung berwarna kuning, pertanda berpikir bijak penuh hikmah, serta mencerminkan kemuliaan, keanggunan, dan keindahan tardisional suku Kaili. Di dadanya disematkan kalung emas (Taiganja) yang melambangkan kesuburan.
Di kelingking tangan kanannya, terdapat tanda bekas tinta. Menunjukan partisipasinya dalam pemilihan daerah. Tangan kirinya memegang surat suara, menunjukan komitmen dan keterlibatan dalam proses pemilihan.
Keduanya berdiri berdampingan dengan penuh kebanggaan dan rasa persaudaraan. Menunjukan keterlibatan Meraka dalam proses demokrasi dan pembangunan daerah.
Warna yang digunakan lanjut Muhammad, mencerminkan kekayaan budaya dan alam Sulawesi Tengah. Sementara detail-detail seperti ikat kepala, Sampolu dan pakaian adat lainnya, memperkuat identitas budaya suku Kaili.
Ilustrasi tersebut, menyampaikan pesan tentang pentingnya keterlibatan kawula muda dalam proses demokrasi lokal, dengan tetap menghormati dan memperkuat warisan budaya dan adat tradisi lokal.
“Secara keseluruhan, maskot ini menggambarkan semangat kebanggan dan kebersamaan pemuda dan pemudi suku Kaili dalam mengikuti proses pemilihan kepala daerah, sambil memperkuat identitas dan kebudayaan mereka sebagai bagian integral dari Kota Palu,” jelas Muhamad.
Dalam sesi Focus Grup Discussion, peserta kegiatan memberikan saran maupun tanggapan terkait desain maskot Pilkada. Diantaranya warna busana yang dikenakan oleh pemudi (Dei) dan beberapa saran untuk perubahan maskot. Seperti menghilangkan huruf D dalam pengunaan nama Yodjo.**(FN)